Keuletan dan Semangat Eyang Kartini Menginspirasi Pecinta Olahraga

Senin, 17 November 2025 | 12:09:06 WIB
Keuletan dan Semangat Eyang Kartini Menginspirasi Pecinta Olahraga

JAKARTA - Di tengah riuh Indonesia Open Aquatic Championships 2025, sosok perempuan lanjut usia menarik perhatian banyak penonton. 

Kartini Sapardjiman, berusia 85 tahun, duduk di atas kursi rodanya di Stadion Akuatik GBK, Jakarta. Sorot matanya tenang, namun tetap fokus mengikuti aksi para perenang yang berlaga.

Mengenakan jaket-handuk oranye dan celana panjang merah, Kartini sesekali bertepuk tangan untuk memberi semangat. Tepuk tangan semakin panjang saat Tim Putri BAC menutup nomor estafet putri dengan kemenangan. 

Momen semakin hangat ketika seorang rekannya berseloroh, “Eyang, habis ini kita.” Kartini tersenyum dan, secara mengejutkan, berusaha bangkit dari kursi rodanya sambil berpegangan pada pagar besi.

Kartini bukan sekadar penonton biasa. Ia adalah peserta kategori masters putri, sekaligus perenang tertua dalam kategori tersebut. Meskipun telah berusia 85 tahun, semangatnya untuk berenang tetap berkobar.

Kecintaan pada Renang Sejak Dini

Renang sudah menjadi bagian hidup Kartini sejak kecil. Kesenangannya semakin bertambah setelah bertemu pria yang menjadi suaminya, seorang dosen pendidikan jasmani dan pengajar renang serta loncat indah. 

“Dari kecil suka renang. Dulu saya itu juga suka menggeluti atletik. Tapi, kebetulan suami itu ngajar renang, sampai loncat indah, jadi saya senang renang. Beliau itu dosen D1 Pendidikan Jasmani,” ungkap Kartini.

Awalnya, Kartini berencana mengikuti tujuh nomor di Indonesia Open Aquatic Championships 2025. Namun, karena jadwal kategori masters yang mundur dan suhu air yang makin dingin, ia mengurangi jumlah nomor menjadi tiga. 

Sebelum bertanding, Kartini melakukan pemanasan, peregangan, dan membasuh tubuh dengan air agar tidak kaget saat masuk kolam.

Momen Tegang di Starting Block

Setelah menunggu sekitar 30 menit, nama Kartini akhirnya dipanggil panitia. Dibantu oleh Yanti, asistennya, ia berjalan menuju starting block. Teriakan semangat dan lambaian tangan menyertai langkahnya. Kartini akan bertanding pada nomor gaya dada 50 meter putri.

“Take your marks!” aba-aba dimulai. Kartini fokus penuh, genggaman tangannya pada dinding kolam semakin erat, dan kaki siap menekan saat pistol start berbunyi. 

Pelan namun pasti, ia meluncur membelah kolam. Gerakan tangan dan kaki selaras, hingga akhirnya ia mencatatkan peringkat kedua dengan waktu 2 menit 6,04 detik.

Kembali Bertanding di Nomor Favorit

Nomor favorit Kartini sebenarnya gaya punggung. Ia pun kembali bertanding pada nomor estafet gaya ganti 200 meter putri dan estafet gaya ganti campuran. Meski menjadi perenang terakhir yang mencapai garis finis, dukungan rekan-rekannya tetap mengiringi setiap gerakan.

“Kalau gaya favorit, gaya punggung. Tapi, nanti saya paling lambat renangnya justru untuk nomor gaya punggung,” kata Kartini, perenang kelahiran Tegal tersebut. Kali ini, ia berenang dengan wajah dan badan menghadap ke atas, membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk tetap aktif dan bersaing.

Renang sebagai Olahraga Seumur Hidup

Bagi Kartini, renang bukan sekadar olahraga, tetapi juga sarana bersilaturahmi. “Banyak banget ya manfaatnya, salah satunya bisa bersilaturahmi dengan orang lain, dengan anak-anak, dengan murid. Apalagi ketemunya dalam keadaan yang senang,” ungkapnya.

Renang membuat semua anggota tubuh bergerak, sehingga memberikan manfaat kesehatan yang optimal. Kartini mendorong masyarakat dari berbagai usia untuk mulai berenang sejak dini. “Ayo berenang!” serunya dengan nada ceria, menegaskan bahwa olahraga air bisa dilakukan sepanjang hidup.

Presiden World Aquatics, Hussain Al-Mussalam, menyatakan, “Renang itu berbeda. Kami di World Aquatics merasa beruntung karena renang bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga olahraga seumur hidup.” Ia menambahkan bahwa renang memiliki nilai sosial dan kesehatan, serta bisa dinikmati oleh semua kalangan usia, termasuk lansia.

Inspirasi dari Ketekunan dan Dedikasi

Kartini menegaskan tekadnya untuk terus berenang hingga akhir hayat. “Saya akan berenang sampai Allah memanggil saya,” ujarnya dengan lembut dan tersenyum. Semangatnya menjadi inspirasi bagi semua kalangan, dari muda hingga lanjut usia, bahwa olahraga tidak mengenal batas usia.

Keberanian Kartini untuk tetap aktif, meski di usia 85 tahun, memberikan pesan bahwa semangat dan kegembiraan bisa mengalahkan segala batasan fisik. Dari starting block hingga finis, ia membuktikan bahwa dedikasi dan cinta terhadap olahraga adalah kunci kesehatan dan kebahagiaan.

Menjadi Teladan di Indonesia Open Aquatic Championships

Indonesia Open Aquatic Championships 2025 bukan hanya arena bagi atlet muda untuk bersaing, tetapi juga panggung bagi para atlet masters seperti Kartini. Kehadirannya membuktikan bahwa olahraga adalah kegiatan sepanjang hidup.

Kartini menyelesaikan perlombaan dan kembali ke kursi penonton dengan wajah ceria. Ia tetap menjadi pusat perhatian dan inspirasi bagi banyak orang yang hadir. Melalui perjuangannya, Kartini menunjukkan bahwa olahraga adalah sarana untuk menjaga kesehatan, menjalin persahabatan, dan menikmati hidup di segala usia.

Pesan untuk Semua Kalangan

Eyang Kartini mengingatkan masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik, khususnya renang, untuk kesehatan dan kebugaran. Ia menekankan bahwa olahraga air memiliki manfaat fisik dan psikologis, serta bisa dinikmati tanpa batasan usia. 

Semangatnya mengajarkan bahwa olahraga bukan sekadar kompetisi, tetapi juga gaya hidup yang sehat dan penuh kebahagiaan.

Kartini Sapardjiman, di usia 85 tahun, tetap menunjukkan semangat luar biasa di Indonesia Open Aquatic Championships 2025. Dari pemanasan hingga finis, ia membuktikan bahwa dedikasi, kegembiraan, dan cinta terhadap olahraga adalah kunci hidup sehat. 

Renang bukan hanya kompetisi, tetapi olahraga seumur hidup yang dapat menginspirasi semua kalangan, dari muda hingga lansia.

Terkini